Solusi:
Lemak kakao merupakan lemak margarine atau lemak nabati yang terkandung pada
biji kakao. Lemak yang dihasilkan kakao cukup bervariasi, artinya lemak yang
terkandung dalam biji kakao tidak selalu tinggi tetapi terkadang lemak yang
dihasilkan bisa saja rendah. Agar mendapat kandungan lemak kakao yang tinggi
oleh karena itu diperlukan proses perlakuan pendahuluan sebelum mengolah biji
kakao untuk keperluan selanjutnya.
2. Citarasa (flavor) lemak
Solusi:
Lemak pada biji kakao menyebabkan rasa pahit dan sepat pada produk olahan kakao
selanjutnya, karenanya diperlukan perlakuan fermentasi untukmengurangi rasa
pahit dan sepat pada biji kakao tersebut. Selain itu perlakuan penyangraian
juga sering dilakukan tujuannya untuk menambah atau memperbaiki citarasa dari
biji kakao tersebut.
3. 3. Pengetahuan dan
Ketrampilan Petani
Solusi:
Seharusnya daya saing antar petani dan tuntutan konsumen serta modernisasi akan
semakin menggerakkan petani untuk melakukan proses-proses pengolahan yang lebih
baik, tetapi nyatanya petani tradisional kurang faham akan perkembangan dari teknologi
pengolahan sekarang ini. Dibutuhkan sosialisasi dari pihak terkait untuk
memotivasi petani tradisional untuk lebih modern lagi, juga untuk membangunkan
semangat dari petani-petani agar belajar lebih baik dalam hal mengolah biji
kakaonya.
4. 4. Penanganan Pasca
Panen
Solusi:
Penanganan pasca panen sangat berpengaruh pada hasil akhir olahan, karenanya
dibutuhkan proses-proses pasca panen yang dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas dari hasil-hasil olahan biji kakao tersebut. Penanganan pasca panen
yang dimaksud mencakup hal-hal seperti: proses fermentasi, penyangraian,
penyimpanan, pengolahan-pengolahan selanjutnya, dan lain-lain.
5. 5. Harga berbasis
satuan berat
Solusinya:
Berat bukan faktor penjamin kualitas dari biji kakao tersebut, karena bisa saja terjadi kecurangan pada saat
penjualan jika faktor satuan berat menjadi patokan dalam menentukan harga. Pada
dasarnya kualitas biji kakaolah yang menjadi acuan atau patokan dalam
menentukan harganya. Pemahaman kualitas lebih baik daripada kuantitas yang
seharusnya menjadi acuan pemahaman dalam menentukan harga.
6. 6. Tataniaga
didominasi pedagang pengumpul
Solusinya:
Perlu adanya batasan-batasan atau aturan untuk mengatur sistem tataniaga kakao
ini, agar tidak ada penyelewengan dan ketidakpantasan harga yang dibuat oleh
oknum-oknum pedagang.
7. 7. Industri
Pengolahan
Solusinya:
Membangun industri pengolahan nasional yang bertaraf internasional, agar dapat
bersaing dengan industri-industri pengolahan lain yang berada di luar negri dan
kita tidak hanya menjadi Negara pengimpor produk olahan kakao tetapi kita lah
yang akan mengekspor produk olahan tersebut ke luar.
8. 8. Potensi Ekspor
Solusinya:
Indonesia merupakan Negara dengan penghasil kakao tertinggi, ini menjadi faktor
dalam perdagangan biji kakao di internasional. Negara wajib meminimumkan hal
ini dan mengolahnya sendiri di dalam negri. Karena kenyataan sekarang ini bahan
baku yang di jual keluar lebih rendah harganya daripada bahan olahan yang kita
impor ke dalam negri.
9. 9. Riset tentang
kakao
Solusinya:
Rendahnya riset tentang kakao juga mempengaruhi perkembangan pengetahuan kita
tentang kakao, hal ini sangat perlu diminimalisirkan karena Indonesia merupakan
Negara penghasil kakao tertinggi. Riset-riset tentang kakao sangat dibutuhkan
untuk mendapatkan hal-hal baru atau terobosan baru tentang kakao.
10 10. Akses Permodalan
Solusinya:
Tetap memberikan modal untuk petani-petani kakao untuk menjaga agar para petani
tersebut tidak berhenti menanam kakao. Dan menjaga tradisi dalam menenam kakao
hingga sampai pengolahannya.
11 11. Penerapan SNI
belum ideal
Solusinya:
Intensitas sosialisasi SNI kepada pihak terkait harus lebih tinggi lagi, untuk
menjamin kualitas dan penerapan standarisasi se-Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar