DIOKSIN DAN BAHAYANYA BAGI KESEHATAN

Beberapa waktu yang lalu, publik dihebohkan dengan penemuan telur ayam yang terkontaminasi dengan zat kimia berbahaya yaitu dioksin. Kejadian ini terjadi di desa Tropodo, Sidoarjo Jawa Timur. Hal ini terkuak dari mini report yang berjudul "Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia" disusun oleh Nexus3, Arnika, Ecoton, dan IPEN (International Pollutans Elimination Network).

Mini reportnya bisa dibaca pada link ini: Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia

Apa itu dioksin?

Menurut WHO (World Health Organization), dioksin dikategorikan sebagai polutan lingkungan yang  sangat berbahaya. Cemaran dioksin sangat diperhatikan karena potensinya yang sangat beracun dan dapat mempengaruhi organ dan sistem saraf pada manusia.

Dioksin masuk ke dalam tubuh dan bisa bertahan lama karena stabilitas kimianya serta dioksin dapat terserap dengan mudah ke dalam lemak (bersifat lipofilik) sehingga dapat tersimpan di dalam tubuh. Dioksin dapat tersimpan 7 hingga 11 tahun di dalam tubuh manusia.

Nama kimia dari dioksin adalah 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo para dioxin (TCDD). Istilah dioksin sering digunakan untuk kelompok yang secara struktural dan kimia terkait Dibenzo para dioxins (PCDDs) dan dibenzofurans polychlorinated (PCDFs). Ada sekitar 419 jenis senyawa terkait dengan dioksin yang telah diidentifikasi tetapi hanya sekitar 30 senyawa yang dianggap memiliki sifat toksik yang signifikan, dengan TCDD sebagai senyawa yang paling beracun.

Image result for dioxin
Struktur kimia Dioxin
(https://en.wikipedia.org/wiki/Dioxin)

Sumber kontaminasi dioksin

Dioksin berasal dari limbah pembakaran sampah rumah tangga maupun industri, seperti pada industri kimia, pestisida, plastik, pulp, kertas dan sebagainya yang menggunakan senyawa-senyawa klor. Dioksin ini juga dapat dihasilkan dari proses alami seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan. Dioksin dapat ditemukan pada lingkungan di seluruh dunia. Dosis paling tinggi senyawa dioksin ditemukan di beberapa tanah/sedimen, makanan (produk susu, daging, ikan, dan kerang). Sedangkan dosis cemaran terendah dioksin ditemukan pada tanaman, air, dan udara.

Dalam beberapa kasus, kontaminasi dioksin terjadi melalui pakan ternak yang terkontaminasi, misalnya dalam kasus baru-baru ini yang terjadi di Indonesia yaitu ayam dilepas dari kandang dan mencari makan di sekitar pabrik tahu di Tropodo (pabrik tahu tersebut menggunakan sampah plastik untuk proses pembakaran pada pembuatannya), sehingga ayam tersebut menghasilkan telur yang terkontaminasi dioksin.


Dampak dioksin pada kesehatan manusia

Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa dioksin sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius, antara lain penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes, porfiria, endometriosis, menopause dini, perubahan hormon (testosteron dan tiroid), gangguan saraf dan perubahan respons sistem kekebalan tubuh.

Janin yang sedang dalam kandungan paling sensitif terhadap paparan dioksin. Beberapa orang atau kelompok orang mungkin terkena paparan kadar dioksin yang lebih tinggi karena pola makan mereka (seperti mengkonsumsi daging ayam yang sudah terkontaminasi dioksin) atau disebabkan oleh pekerjaan mereka (seperti pekerja di industri pulp/kertas, atau pabrik pembakaran, atau di lokasi limbah berbahaya).
"a new tolerable weekly intake [TWI] for dioxins and dioxin-like PCBs in food of 2 picograms* per kilogram of body weight.“ (European Food Safety Authority, 2018)
Para ahli yang tegabung dalam EFSA (European Food Safety Authority) pada tahun 2018 dalam sebuah panel Contaminants in the Food Chain (CONTAM) menetapkan kadar asupan dioksin mingguan yang dapat  ditoleransi (tolerable weekly intake atau TWI) dalam makanan adalah 2 pikogram/kg berat badan.

Pencegahan paparan dioksin

Menurut WHO, proses insinerasi yang tepat dari bahan yang terkontaminasi adalah metode terbaik dalam pencegahan dan mengendalikan paparan dioksin. Kontrol yang ketat dalam proses industri merupakan peran yang paling penting untuk mengurangi kontaminasi yang berlebihan. Sistem pemantauan terhadap kontaminasi bahan pangan harus ada untuk memastikan bahwa tidak melebihi tingkat toleransi paparan merupakan tugas produsen untuk melindungi kesehatan masyarakat luas.

Selain itu, sistem pengolahan sampah yang baik, dan menempatkan lokasi pembakaran sampah umum jauh dari pemukiman dan dibuat sistem tertutup dimana sampah harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat menghilangkan zat-zat berbahayanya sebelum dibakar (Sinaga, 2004)

References

EFSA. 2018. Dioxins and related PCBs: tolerable intake level updated. (pada https://www.efsa.europa.eu/en/press/news/dioxins-and-related-pcbs-tolerable-intake-level-updated)
Nexus3, Arnika, Ecoton, dan IPEN. 2019. Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia
Sinaga, E. 2004. Bahaya zat racun dioksin dari pembakaran sampah. (pada Republika.co.id)
WHO. 2016. Dioxins and their effects on human health. (pada https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dioxins-and-their-effects-on-human-health)
Winarti, C. and Munarso, S.J., 2014. Kajian Kontaminasi Dioksin pada Bahan Pangan. In Prosiding seminar Nasional Teknologi Inovatif Pasca Panen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian  (pp. 1208-1217)

PENCEGAHAN KERACUNAN PANGAN

Keracunan pangan biasanya disebabkan oleh konsumsi pangan yang sudah tercemar oleh mikroba yang berbahaya bagi tubuh. Apa saja yang dapat merusak pangan? dapat dibaca pada artikel ini: https://muchdatul.blogspot.com/2016/10/food-spoilage-kerusakan-pangan.html

Keberadaan mikroba yang merugikan ini dapat disebabkan oleh berbagai proses penanganan pangan, baik dalam proses pemasakan, penyiapan, penyimpanan, dan perlakuan lainnya yang dapat menyebabkan pangan menjadi tidak higienis.

Pencegahan keracunan pangan ini bertujuan agar konsumen terhindar dari penyakit yang disalurkan dari makanan maupun minuman.

Gajala keracunan pangan secara umum dapat diidentifikasi mulai dari mual, muntah, sakit perut, diare, sakit kepala, demam, hingga dapat menyebabkan kematian.

Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya keracunan pangan, diantaranya:
  • Menjaga kebersihan diri dengan cara mencuci tangan sebelum dan setelah mengolah pangan.
  • Menjaga kebersihan peralatan dan tempat pengolahan pangan tersebut.
  • Hindari kontaminasi silang:
    • Pisahkan pangan matang dengan pangan yang mentah
    • Gunakan selalu peralatan masakan yang bersih
  •  Masak makanan hingga matang dan simpan pada tempat yang tidak dapat terkontaminasi jika tidak langsung dimakan.
  • Simpan pangan sesuai dengan kebutuhan suhu penyimpanan pangan tersebut, misalnya simpan pangan panas di tempat panas, dan pangan dingin di tempat dingin.

Reference
Buku 100 Tips Kemanan Pangan. BPOM. 2015. 

FOOD SPOILAGE (KERUSAKAN PANGAN)

(SciencephotoLibrary)

Pernahkah Anda menyimpan makanan segar seperti ikan, daging, mangga, pisang, kacang, roti dalam waktu yang lama? Setiap produk pangan mempunyai masa simpan yang terbatas. Jika produk pangan tersebut disimpan melebihi batas masa simpannya, maka produk pangan tersebut akan rusak.

Food Spoilage (kerusakan pangan) adalah perubahan penampilan, aroma, atau rasa dari produk pangan yang berdampak tidak diterimanya produk tersebut oleh konsumen. Nilai ekonomis produk pangan yang rusak akan hilang. Ada beberapa type umum dari kerusakan pangan:

1. Penampilan
Kita dapat dengan mudah mengamati kerusakan ini karena berdampak langsung pada penampilan luar produk pangan tersebut. Kerusakan ini disebabkan oleh pertumbuhan mikroba yang membentuk koloni-koloni yang mendominasi warna dari produk pangan tersebut. 
2. Perubahan Tekstur
Hal ini disebabkan karena adanya pembentukan lendir oleh sel mikroba, dan pelunakan jaringan karena degradasi enzim.

3. Perubahan Rasa dan Bau
Kerusakan ini disebabkan oleh senyawa nitrogen, sulfida, dan asam organik.
Ada 3 penyebab utama kerusakan pangan yaitu: faktor fisik, faktor biologi, dan faktor kimia, biokimia. Dibawah ini akan dibahas satu per satu faktor tersebut.

1. Faktor Fisik
http://www.efektips.com/wp-content/uploads/2015/08/30-10-2014-9-06-13.jpg
(dapurhalal.com)
  • Melibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan produk pangan tersebut, misalnya aw, suhu, dan efek mekanik.
  • Disebabkan oleh proses rekayasa produk pangan yang tidak tepat

2. Faktor Biologi

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaMZPpbUFe7lYAEEMFUIFAyMOhyh1pInDNtpnaYOrnm2zbVVloWve5DKvuzHjG8uU_6xqE-otNCL8KzeaZEnAAnVhSgLa3dW9XWU2PNj9WjeWqwJtqbolG7ORKmUouBUFGa2Z83GQxBZY/s1600/probioticfood.jpg


  • Disebabkan oleh mikrobiologi seperti: bakteri, khamir, kapang (yang paling umum)
  • Disebabkan oleh faktor makrobiologi seperti: hewan pengerat, serangga, unggas, parasit
3. Faktor Kimia dan Biokimia
  • Hal ini biasanya terjadi akibat proses oksidasi
  • Aktifitas dalam jaringan produk pangan tersebut/aktifitas enzim
Faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan oleh mikroba 
1. Faktor Intrinsik Bahan Pangan
Faktor yang terdapat pada komponen pangan itu sendiri, baik kimia, biologi, maupun fisiknya. (aw, nutrisi, pH, dan lain-lain)
2. Faktor Ekstrinsik Bahan Pangan
Faktor yang disebabkan oleh lingkungan produk pangan tersebut. (Suhu, kelembapan, higienis, dan lain-lain)
3. Implicit Parameters
Faktor yang disebabkan oleh interaksi dari mikroorganisme dengan bahan lain.

3 fakor ini merupakan faktor yang yang menyebabkan kerusakan bahan pangan oleh tumbuhnya mikroba.

Pada artikel selanjutnya saya akan bahas khusus mengenai kerusakan pangan akibat mikroorganisme dan kerusakan pada bahan pangan yang lebih spesifik.
Budayakan mencantumkan sumber jika ingin mengcopy artikel ini dan silahkan berdiskusi di kolom komentar. Terimakasih :)
Line ID: hanif_muchdatul